Home » » Senyuman Mahal Ahlal Kamal

Senyuman Mahal Ahlal Kamal

Written By fffll on Sabtu, 30 November 2013 | 05.55

“Wah, ganteng”, desahku pendek sesaat Nia menunjuk seorang pemuda diluar sana dari balik kaca jendela kamarnya.
“Dia tetangga baruku, baru pindah kesini sebulan yang lalu”
“Kamu kok gak pernah cerita sih ke aku?”
“Ngapain? Kamu tuh yaa gak bisa liat cowok ganteng, langsung nyamber”
“Kalo iya, emang kenapa?”
“Gak apa-apa juga sih”
“Atau kamu takut saingan denganku yaa?”, Aku menggoda Nia.
“Ihh, apa-apaan sih kamu?” Nia mencubitku, namun tak berani menatapku, pipinya agak merah.
“Oh, ya. Namanya siapa?”
“Ahlal Kamal”.
* * *
Sudah seminggu ini aku sering main ke rumah Nia, biasanya jarang. Aku selalu cari-cari alasan kesana. Namun sebenarnya, hanya ingin ketemu Ahlal. Setidaknya curi-curi pandang saat dia berjalan di depan rumah Nia saat ingin pergi ke mesjid. Dari cerita Nia, aku tahu ahlal itu mahasiswa STIQ, pantes sekali dia itu sangat alim, pikirku. Dari caranya berpakaian saja sangat sopan, dia suka pakai baju koko putih dan pakai peci. Menawan sekali……
Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Kupandangi tubuhku, setelan celana jeans ketat membalut kedua kakiku, begitupula kaos lengan pendek ketat yang kukenakan. Hingga rambutku yang panjang terurai. Pantaskah? Satu kata itu tiba-tiba lepas dari mulutku. Sesuatu yang membuatku lemas kala menyadarinya. Sedikit meredupkan harapan dalam hatiku, seiring berlalunya Ahlal dari pandanganku. Sedikitpun dia tidak menoleh kearahku saat lewat tadi. Dia selalu saja begitu, tak pernah senyum kearahku, menolehpun jarang. Kalau terlanjur dia buru-buru mengalihkan pandangannya.
Terkadang aku marah juga. Dia itu jaim banget, pikirku. Sok jual mahal. Masa sekedar senyum saja tidak mau. Selama ini, bagiku lelaki itu semua sama saja. Pakai koko ataupun tidak. Aku ingat Bobby, mantanku dulu. Awal kenal, dia nampak alim. Namun pas pacaran denganku gombalnya ternyata minta ampun. Aku yakin Ahlal juga begitu. Liat saja nanti.
* * *
Seperti biasa, kulihat Ahlal berjalan menuju mesjid. Matanya menunduk. Kesempatan nih. Tepat di depan rumah Nia, akupun langsung keluar pagar. Kami bertabrakan dan bukuku berhamburan.
“Ahh, Sorry”, kataku.
“Aku yang salah, Maaf”, jawabnya datar tanpa ekspressi apapun.
“Ahlal, kan”, aku mencoba membuka percakapan.
“iya, benar. Maaf aku harus pergi”, Ahlal langsung meninggalkanku.
Tanpa menatapku, tanpa senyum dan….. tanpa memungutkan buku-bukuku. Duhh, sebel jadinya.
***
“Kenapa sih, Ahlal seperti itu?”, aku bertanya kepada Nia saat di Kampus.
“Wajar sajalah, coba saja lihat pakaianmu. Bandingkan dengannya? Apa pantas?”
“Tapi aku sudah terbiasa seperti ini”
“Kamu harus tahu, Rin, Dalam Al-Qur`an Surah An-Nur ayat 26, dijelaskan bahwa wanita yang baik itu hanya untuk lelaki yang baik, begitu pula sebaliknya. Kalau kamu suka dengan Ahlal, saranku, berubahlah. Kalaupun kalian tidak berjodoh, pasti ada lelaki lain yang juga baik menghampirimu”.
Aku diam. Mungkin benar.
* * *
“Assalamu’alaikum, Ahlal. Mau ke Mesjid?”
“Ehh, iya”.
“Bareng yaa”
“Boleh, tapi aku jalannya di depan yaa”, jawabnya cukup tergagap. Namun beda seperti dulu, terdengar cukup ramah. Mungkinkah karena jilbabku? Memang, seingatku dia berubah tak secuek dulu lagi kepadaku saat aku memutuskan berjilbab sebulan yang lalu. Hanya saja dia masih belum pernah senyum maupun menatapku. Namun kami sudah cukup akrab. Itu sudah cukup bagiku.
***
Kringgg, hape-ku berbunyi. Ada panggilan masuk. Dari Ahlal. Kemarin kami tukeran nomor. Dia yang minta. Apa yaa, pikirku.
“Ukht, apa kamu punya waktu malam ini?”
“Iya, memang kenapa, Mas?”
“Boleh aku ke rumahmu?”
“Lho, ada apa ini, Mas? Lebih baik jangan. Lagian kita bukan mahram. Nanti apa kata orang?”
“Bukan, aku…….. aku ingin melamarmu”, aku kaget, hampir saja hape-ku terlepas.
“Bagaimana, ukht?”
“ehh, iya. Silakan, Mas”.
***
Jam delapan ba`da Isya, Ahlal datang dengan kedua orang tuanya. Aku yang membukakan pintu. Sekilas aku bertatapan dengan Ahlal. Dia tersenyum kepadaku. Senyum pertama kali yang kuperoleh darinya. Akhirnya, aku mendapatkan senyumanmu yang mahal itu, Mas, Bisikku….
 
Flash Fiction FLP Amuntai
Tema : Senyum
Oleh : Abi Aufaa
 

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Tentang Kami : Admin Blog | Grub FLP | Fp FLP
Copyright © 2013. FLP Cabang Amuntai - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger