Kulihat dari kejauhan, Ibuku termenung di sebuah jendela. Memandang permukaan bumi yang terus membasah.
Sentuhan dingin menyelimuti tubuhnya yang sudah tua.
Aku tau ia sedang menggigil, nampak terlihat dari pergelangan tangan dan kakinya yang bergetar pelan.
Akupun merasa betapa dinginnya cuaca saat ini.
Namun ia tetap betah berdiri di situ,di depan jendela yang berangin. bersama percikan kilat yang sesekali menerkam wajahnya.
"Ada apa Bu,ngapain di sini? Hujan begitu deras, tubuhmu kedinginan bu." Ucapku pelan.
"Gak apa nak, Ibu sedang rindu Ayahmu, sudah lama ia meninggalkan kita.
Bahkan engkaupun tak sempat menatap kerut wajahnya." balas Ibu.
Aku terdiam tanpa kata
Ku lihat mata ibu sudah berkaca-kaca, Aku tak mau menambah kesedihannya lagi.
Kini Ku peluk ia dengan kasih sayangku,dan seketika itu juga tangannyapun merangkul tubuh kecilku yang mungil.
"Aku juga rindu Ayah Bu, meskipun tak pernah merasakan sentuhan tangannya, tak pernah melihat senyumnya." Ucapku penuh iba.
Sejak Aku masih dalam kandungan ia telah pergi untuk selama-alamnya, meninggalkan Aku dan Ibu, meninggalkan jabang bayi yang ingin sekali memeluknya, mencium tangannya, bersenda gurau dengannya.
Kini yang Kupunya hanya Ibu.
Yang selalu menjaga, dan merawatku hingga dunia yang fana, sudah bisa ku pandang bersama ke indahannya.
"Selama ini Ibu berjuang sendiri demi Aku, Makasih Bu. Aku sayang Ibu, Aku cinta Ibu." Ucapku lagi sambil terus memeluknya.
Tercium aroma khas Ibuku dari balik bajunya. Kurasakan air mata yang mulai meleleh jatuh di atas ubun-ubun kepala, membasahi rambutku yang hitam dan jatuh di atas lantai, berkumpul bersama percikan hujan, masuk dari celah-celah jendela yang masih terbuka. Hingga Akupun tak dapat mengenali mana tetesan hujan dan mana tetesan air mata Ibuku tercinta.
Cerpen Mingguan | FLP Cabang Amuntai
Tema : Aku Cinta IBU
Tess
BalasHapusBismillah
BalasHapus